Kota paling ujung timur tempat terbitnya matahari pertama yang menyinari tanah Jawa ini disebut oleh Don Hasman seorang legenda travel photography Indonesia sebagai “land of the rising sun”
Menawarkan keindahan alam yang mempesona untuk dijelajahi, tradisi kearifan lokal dan adat seni budaya yang menarik untuk diselami serta kuliner khas yang unik untuk dinikmati, menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap pejalan yang datang
Perencanaan, perbaikan, penambahan akses, pengkayaan infrastruktur MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) dan akomodasi terus dilakukan sampai hari ini demi menambah kenyamanan dan durasi tinggal wisatawan
Seluruh stake holders di lini pemerintah daerah, sektor swasta dan komponen masyarakat bergerak bersama mewujudkan pelayanan prima sebagai bagian dari penunjang amenitas pariwisata
Berbagai fasilitas destinasi terus ditingkatkan dengan tetap berlandaskan Protokol CHSE (cleanliness / kebersihan, health / kesehatan, safety / keselamatan, environment / kelestarian lingkungan)
Maka ketika sebuah kota kecil peraih Adipura 5 kali berturut-turut ini memenangi Awards for Excellence and Innovation in Tourism kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization) di Madrid Spanyol tahun 2016, kiranya apa yang terbayang tentang Banyuwangi?
Kemudian ditetapkannya Cagar Biosfer Blambangan oleh UNESCO kategori Man and The Biosphere di Lima Peru sebagai cagar biosfer ke-11 Indonesia tahun 2016 dan meraih predikat clean tourist city pada ASEAN Tourism Forum di Thailand tahun 2018, serta keikutsertaan Geopark Ijen dalam upaya menjadi jejaring UGG (Unesco Global Geopark) tahun 2020, bagaimanakah faktanya?
Buktikan dan mari berkunjung ke ufuk timur Jawa ini